Kecewa
Pada Nilai
Dear
JNE Inspirasi…
Terimakasih
atas kesempatannya untukku berbagi kekecewaan. Terimakasih karena engkau mau
menjadi tempat keluh kesahku saat ini. Saat ini aku ingin sekali berbagi kekecewaanku
bersamamu...
Setiap
manusia pasti memiliki perasaan. Salah satu perasaan yang dimiliki seorang
manusia adala perasaan kecewa. Perasaan kecewa tersebut hadir karena suatu
sebab. Begitu pula perasaan kecewa yang ada dalam hatiku ini. Ada penyebabnya.
Penyebab kecewa yang menyerang hatiku ini tak lain karena teman kampusku. Ya… beberapa
teman di kampusku membuatku merasakan
kecewa yang teramat sangat. Bagaimana bisa?
Aku
adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas swasta. Ketika selesai mendapatkan
semua materi perkuliahan dalam satu semester, kampus akan mengadakan ujian
semesteran setiap tahunnya. Ujian tersebut adalah ujian yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan mahasiwa dalam menerima materi perkuliahan
di kelas. Ketika hasilnya nanti tidak memenuhi standar, mahasiswa tersebut
harus mengulang atau mengadakan remidi untuk perbaikan nilai.
Seperti
biasa, ketika ujian tempat duduk kami diatur oleh panitia pengawas ujian. Kami duduk sendiri sendiri dan tempat duduk kami
urut absen. Hal tersebut akan memudahkan pengawas untuk mengawasi ujian supaya
tidak ada bentuk kecurangan yang terjadi di dalam kelas.
Malam harinya sebelum ujian, aku selalu belajar
supaya esoknya aku bisa mengerjakan ujian tersebut. Beberapa temanku malas
untuk belajar dan mereka menggampangkan ujian. Ketika hari H, aku sudah siap mengerjakan
ujian. Beberapa temanku yang tidak belajar, mereka mengerjakannya sambil “OPEN BOOK” alias
menjaplak. Mereka membuka buku catatan dari tempat persembunyian dan menuliskan
jawabannya di lembar jawaban. Ada yang menuliskan contekannya di kertas kecil
dan dimasukkan di saku kemeja atau di tempat pensil. Ada yang browsing lewat
Handphone, ada yang SMS-an dengan teman di sebelah ruangan. Ada pula yang
menuliskan contekannya di tangan. Mereka mempunyai banyak cara untuk mencontek
supaya tidak ketahuan oleh pengawas. Ketika di buku catatan tidak ditemui jawabannya,
mereka akan berdiskusi dengan teman sebelahnya atau bertanya kepada yang lain. Lembar
jawabanpun muter kemana – mana untuk dicontek. Aku jadi berfikir “Ini ujian
ataukah diskusi sih?” Kulihat pengawas yang menjaga ruangan. Pengawaspun juga
tidak mengetahui ulah mereka. Aahh… menyebalkan sekali. “Ini tidak fair…!!!”
batinku teriak.
Sempat
aku merasa kesal dengan ulah mereka. Kenapa? Mereka tidak fair untuk berjuang mendapatkan
nilai bagus dan nilai IPK cumlaude. Ketika ujian telah selesai dan hasil sudah
dipajang di papan pengumuman, banyak dari mereka yang mendapatkan nilai “A”. Ada
juga yang mendapatkan nilai cumlaude. Kulihat wajah mereka yang tersenyum
senang dan bangga mendapatkan nilai “A”. Nilai yang sangat memuaskan. Meskipun
aku sendiri mendapatkan nilai A juga, tapi aku tetap merasa itu tak adil. Aku yang
belajar sungguh – sungguh, tidak mencontek ataupun membuka buku catatan,
mempunyai nilai yang sama dengan temanku yang mencontek. Kenapa aku harus
disamakan dengan mereka yang tidak jujur? Aku tidak mau. Aku susah payah
mengerjakan dengan kemampuanku sendiri, harus disamakan dengan mereka yang
tidak fair. Tidak jujur. Benar – benar tidak adil.
Hanya
karena “NILAI” banyak orang
berkorban kejujuran untuk mendapatkan itu. Ini baru masalah “Nilai” di dalam rumah
kita menuntut ilmu. Bukankah kita sudah mendapatkan pelajaran tentang kejujuran
di lembaga – lembaga pendidikan???
0 komentar:
Posting Komentar